Film The Art Of persuasion mengisahkan bagaimana para pemimpin politik di seluruh dunia mulai dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah sampai dengan para pemimpin dunia saat ini menggunakan seni sebagai alat komunikasi politik yang dikenal dengan istilah politik citra.
Politik citra dapat diartikan sebagai suatu teknik dalam komunikasi politik untuk membentuk citra personal yang positif dari seorang tokoh politik agar orang itu dapat diterima oleh khalayak luas.
Film ini menunjukkan bahwa komunikasi politik dengan dengan menggunakan politik citra yang digunakan oleh berbagai pemimpin dalam sejarah seperti Darius Agung dari Persia, Aleksander Agung dari Macedonia dan Augustus dari Roma telah berhasil meligitimasi kekuasaan mereka atas rakyat dan teknik ini terus disempurkan dan masih terus digunakan sampai saat ini.
Secara prinsip, komunikasi politik dengan menggunakan politik citra yang digunakan oleh tokoh-tokoh sejarah dengan politik citra yang digunakan oleh para pemimpin dunia saat ini tidaklah jauh berbeda. Yang membedakan di antara keduanya hanyalah medium yang digunakan dalam penyampaian pesan dan format isinya.
Pada masa lampau, para pemimpin politik cenderung menggunakan beragam benda-benda seni seperti atribut, perhiasan, symbol, relief, lukisan dan ukiran sebagai medium untuk merefleksikan citra kepemimpinan mereka.
Darius I dari Persia atau yang lebih dikenal dengan Darius Agung (549 SM – 486/485 SM) ketika memerintah berhasil menaklukan banyak bangsa di bawah kekuasaan Persia. Hal ini dapat dilihat pada inkripsi berupa balok emas yang di atasnya terukir nama berbagai bangsa yang ditaklukan oleh Persia. Dengan menaklukan banyak bangsa, maka Persia rentan akan pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa taklukan. Untuk meredam pemberontakan, maka Darius membuat relief yang menggambarkan berbagai bangsa yang ditaklukan oleh Persia datang dengan menyembah dan membawa persembahan bagi Darius di dinding istananya di Persepolis. Para utusan tersebut digambarkan datang dengan menggunakan pakaian khas masing-masing bangsa. Dengan relief ini, darius bermaksud mengambarkan dirinya sebagai raja yang bijaksana dan mampu membawa perdamaian bagi bangsa-bangsa yang telah ditaklukannya. Tak cukup sampai disitu, darius juga menciptakan symbol pribadi bagi dirinya, yaitu Darius Sang Pemanah. Darius menggunakan pemanah sebagai symbol pribadinya karena dalam kebudayaan Persia, seorang pemanah merupakan symbol prajurit militer yang melambangkan kekuatan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Dengan demikian, Darius hendak mengklaim bahwa dirinya merupakan seorang raja yang kuta, berkuasa dan bijaksana.
Aleksander Agung dari Macedonia (356 SM – 323 SM) yang berhasil menaklukan Persia juga menggunakan politik citra untuk mempertahankan kekuasaannya atas bangsa-bangsa bekas taklukan Persia. Berbeda dengan Darius yang menggunakan symbol, maka Aleksander menggunakan wajahnya sebagai bentuk komunikasi politik citranya. Pada sebuah lukisan di Pompeii, kaki Gunung Vesuvius, digambarkan pertempuran antara Aleksander yang memimpin Macedonia melawan Darius yang memimpin Persia. Lukisan itu mengambarkan Aleksander di puncak kekuasaan dan kekuatan sedangkan Darius berada dalam kekalahan. Hal ini dapat dilihat dari cara pelukisan kedua tokoh; Aleksander dilukiskan sebagai seseorang pemberani dengan keyakinan yang kuat, ia dilukiskan sedang berkuda memimpin pasukannya dan memegang tombak, tanpa menggunkaan helm pelindung kepala dan tatapannya tajam lurus ke depan menatap Darius dengan penuh keyakinan; sedangkan Darius dilukiskan sedang ketakutan dan berlindung di balik pasukannya, seolah sudah bersiap untuk menyerah dan kalah. Aleksander menyadari betul betapa penggambaran wajah seseorang mampu merefleksikan siapa orang tersebut dan betapa wajah seseorang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang banyak. Bahkan gambaran wajah Aleksander sudah ditentukan jauh sebelum ia menjadi raja Macedonia. Hal ini dapat dilihat pada sebuah ukiran gading bergambarkan wajah Aleksander yang ditemukan dalam makam Raja Philip (ayah dari Aleksander) dan seluruh gambaran wajah Aleksander yang pernah ditampilkan tidak berubah sama sekali. Bahkan untuk membuat rakyatnya selalu mengingat wajahnya, Aleksander melakukan tindakan ekstrem dengan meletakkan gambar wajahnya pada mata uang. Suatu revolusi yang luar biasa dalam komunikasi politik citra.
Octavianus (23 September 63 SM–19 Agustus 14), yang bergelar Kaisar Augustus dari Roma mengikuti keberhasilan Aleksander dengan membuat sebuah patung yang menggambarkan Augustus sebagai sosok yang selalu siap berjuang untuk rakyat dengan menggunakan pakaian perang, sosok yang sederhana dengan tanpa menggunakan alas kaki dan sosok pilihan dewa-dewa dengan penggambaran dewa-dewa yang tersenyum pada Augustus yang terukir di plat dada pakaian perangnya.
Simbol-simbol yang digunakan oleh Darius dan penggambaran wajah yang digunakan oleh Aleksander dalam komunikasi politik citra sampai saat ini masih terus digunkan dan dikembangkan oleh berbagai pemimpin politik di seluruh dunia. Penggunaan symbol dan emblem sebagai lambing resmi dari suatu negara atau organisasi sangatlah lazim, seperti lambang elang pada US Great Seal milik Amerika Serikat dan Garuda Pancasila. Sedangkan penggambaran wajah juga telah menjadi sesuatu yang umum, dengan banayknya patung atau monument, lukisan dan ilustrasi serta gambar pada mata uang yang menampilkan pemimpin politik suatu negara.
Selain lambang dan symbol, politik citra juga semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Komunikasi politik citra tidak hanya menggunakan beragam benda seni namun telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti Presiden Barack Obama yang selama kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat memanfaatkan situs Facebook sebagai medium kampanye dan pembentukan citra positif dirinya.
Isi dari penggambaran citra seseorang juga telah bergeser dari yang umumnya menampilkan sosok yang memiliki kekuatan dan kekuasaan menjadi sosok yang humanis namun tetap menonjolkan ketegasan, kewibawaan dan karisma seorang pemimpin. Hal ini dapat kita lihat dari citra yang ditampilkan oleh Presiden SBY melalui cara beliau berjalan, berbicara, berpenampilan serta pemilihan kata-kata yang beliau gunakan.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik citra yang digunakan pada oleh tokoh-tokoh sejarah dan yang kini digunakan oleh para pemimpin di seluruh dunia secara prinsip tida berbeda, melainkan komunikasi politik citra yang digunakan oleh para pemimpin dunia saat ini merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari komunikasi politik citra yang telah digunakan selama ribuan tahun dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dan teknologi audio visual.
Tampilkan postingan dengan label Development Of Communication Technology-Semester 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Development Of Communication Technology-Semester 5. Tampilkan semua postingan
Jumat, November 27, 2009
Sabtu, September 26, 2009
Satellite Radio
Selama ini radio sudah umum dikenal orang, bahkan bagi beberapa orang radio telah menjadi bagian dari kehidupan mereka yang tidak terlepaskan. Radio, sebagaimana didefinisikan secara umum, adalah teknologi yang membolehkan pengiriman sinyal oleh modulasi gelombang elektromagnetik. Gelombang ini merambat melalui udara dan tidak memerlukan medium untuk menghantarkannya. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam paper-nya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik. Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan menerima gelombang radio ketika dia mendapatkan gangguan ke telepon buatannya. Orang yang pertama kali membuktikan teori Maxwell melalui eksperimen adalah Heinrich Rudolf Hertz , antara tahun1886 dan 1888.
Radio sempat sarana komunikasi yang cepat, murah, personal dan interaktif. Radio juga dikenal sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Hampir seluruh masyarakat memiliki stasiun radio favoritnya sendiri. Keterbatasan radio adalah radio hanya memiliki jangkauan pancaran siaran yang pendek. Dalam era global seperti sekarang ini, hal itu menjadi kontradiktif. Sungguhlah disayangkan jika kita tidak dapat mendengarkan stasiun radio kesayangan kita apabila kita berada jauh di luar kota atau bahkan di luar negeri. Meski gaya hidup global, selera lokal tidak dapat dihilangkan begitu saja. Memang, ada gelombang pendek yang bisa memperluas cakupan gelombang yang dipancarkan. Akan tetapi, kualitas suaranya tidak dapat dijamin. Perkembangan teknologi radio dimulai dari radio AM yang kemudian berganti menjadi radio FM, yang menghasilkan kualitas audio lebih baik dari radio AM. Setelah 20 tahun berlalu, atau setelah 40 tahun digunakannya FM di dunia, tidak tampak lagi perubahan mendasar pada teknologi broadcast.
Kendati demikian radio FM memiliki kelemahan mendasar, yaitu daya jangkauan siaran yang pendek. Radio tersebut umumnya hanya dapat dinikmati secara lokal saja, tergantung jangkauan pemancar. Terlebih lagi, saat ini, sangat sulit mencari celah gelombang FM yang tersisa bagi radio baru.
Karena beberapa masalah tersebut, tentu saja ada upaya untuk menanggulanginya. Untuk memperluas cakupan siaran radio tersebut mereka harus membuat setinggi mungkin menara antena pemancar radio. Upaya ini mempunyai keuntungan, yaitu menara tersebut bisa dijadikan landmark bagi daerah tersebut. Tetapi untuk mendirikan menara setinggi itu memiliki kendala. Selain mahal, juga tidak bisa dibuat setinggi mungkin (ratusan meter) karena hal tersebut memerlukan kabel penghubung antara antena dengan pemancar yang lebih panjang sehingga dapat mengurangi daya transmisi. Menara pemancar radio juga tidak mungkin ditempatkan di daerah dataran tinggi, gunung misalnya. Tetap saja daya pancarnya masih terbatas.
Akhirnya terdapat media baru yang memiliki cakupan ke seluruh permukaan bumi. Media tersebut adalah internet. Untuk mendengarkan radio melalui internet mempunya beberapa syarat. Kita harus memiliki jaringan telepon dan piranti lunak (software) untuk menjalankan content audio, seperti Real Player. Beberapa stasiun radio beramai-ramai membuka situs dan bahkan melakukan siaran langsung.
Di Indonesia radio yang siaran langsung melalui internet adalah HardRock 87.6 FM Jakarta, Sonora 100.9 FM Jakarta, Prambors Rasisionia 102.3 FM Jakarta, Ardan 105.8 FM Bandung, OZ 103 FM Bandung, Mercury 96 FM Surabaya, Salvatore 97.75 FM Surabaya, SFM 104.75 FM Surabaya, RCTFM 100.9 FM Semarang dan lain-lain.
Mendengarkan radio melalui internet juga memiliki masalah yaitu kualitas suara yang tidak dapat konstan, karena tergantung oleh saluran telepon yang digunakan. Alternatif terakhir untuk saat ini adalah menggunakan satelit yang kedudukannya bisa diatur hingga memiliki peta cakupan yang paling ideal berdasarkan koordinat penempatan yang diberikan. Hampir sebagian bola dunia bisa dicakup, paling tidak mencakup daerah yang sangat luas dibandingkan gedung maupun gunung tertinggi sekalipun. Boleh dikata, di mana pun berada, baik di tengah-tengah samudera, di kegelapan hutan belantara, di puncak gunung yang terpencil hampir tidak ada masalah lagi. Memang masih ada kendala, yakni radio penerimanya (receiver) harus cukup sensitif. Selain itu biaya infrastrukturnya juga sangat mahal. Akan tetapi kualitas suara tidak diragukan lagi. Pionir untuk radio satelit ini dapat disebut WorldSpace (www.worldspace.com). Siaran radio satelit ini bertumpu pada teknologi digital dan satelit berkekuatan besar.
Sejarah Perkembangan Radio Satelit
Sejak ditemukannya teknologi internet yang memiliki informasi dan komunikasi tidak berbatas di seluruh dunia, berkembang pulalah teknologi radio yang memiliki jangkauan luas. Dengan memanfaatkan teknologi internet, pada tahun 1992 di Amerika Serikat, FCC (Federal Communications Commission) yang merupakan badan pengatur telekomunikasi di AS mengalokasikan sebuah spektrum di band frekuensi "S" (sekitar 2,3 GHz) untuk siaran radio nasional berbasis satelit dengan menggunakan audio digital (digital audio radio service/DARS). Hanya ada empat perusahaan yang mengajukan diri untuk mendapat izin siaran. Tahun 1997, FCC memberi izin kepada: CD Radio (yang berganti nama menjadi Sirius Satellite Radio) dan American Mobile Radio (yang berganti nama menjadi XM Satellite Radio). Masing-masing membayar lebih dari 80 juta dollar AS untuk menggunakan band atau pita frekuensi yang tersedia. Ternyata, hanya XM Radio-lah yang dapat melanjutkan bisnisnya dan mulai siaran secara nasional pada 25 September 2001. Sementara Sirius belum mampu menindaklanjuti, dengan gencar XM Radio menawarkan aneka program dan penerimaan audio berkualitas tinggi bagi penggemar home audio dan car audio. Dari pusat siaran (broadcast centre) di Washington DC yang mempunyai 82 studio digital, XM Radio memancarkan 101 saluran yang berisi program acara: musik, berita, wawancara atau talk show, olahraga, komedi, dan acara anak-anak. Ke-101 saluran itu dipancarkan bersama-sama ke satelit. Para pelanggan dapat menerima langsung dari satelit atau melalui stasiun pengulang (repeater) yang ada.
Karena menggunakan satelit, cakupan area yang dihasilkannya menjadi lebih luas daripada yang dicapai stasiun radio konvensional. Hasilnya, pendengar radio yang sedang melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lain di AS tidak perlu lagi pindah saluran ke stasiun radio yang berbeda. Cukup sekali tune saluran radio satelit dan setelah itu tidak perlu diubah lagi.
Radio satelit berfungsi di mana ada garis pandang antara antena dengan satelit, tanpa rintangan besar, seperti gedung. Pendengar radio ini dapat mengikuti saluran tunggal tanpa melihat lokasi jangkauan. Karena teknologi ini membutuhkan akses ke satelit komersial untuk penyebaran sinyal, jasa radio satelit menjadi sebuah bisnis komersial. Radio satelit menawarkan sebuah paket saluran dan harus berlangganan untuk dapat mengakses saluran karena sinyalnya memiliki hak cipta dan tidak-cocok satu sama lain sehingga dibutuhkan perlatan khusus untuk dekoding dan pemutaran. Sekarang ini, penyedia radio satelit yang utama adalah WorldSpace, XM radio, dan Sirius. Mereka menawarkan saluran berita, cuaca, olahraga, dan musik.
Untuk mencakup daratan Amerika Serikat ini XM Satellite Radio menggunakan dua satelit Hughes HS 702 dan Sirius menggunakan tiga satelit Loral., selain itu mereka juga masih menggunakan banyak pesawat radio pengulang (repeater) untuk bisa memberikan pelayanan yang sempurna. XM bahkan menggunakan sekitar 1500 repeater yang menjangkau 70 kota di Amerika Serikat. Dengan demikian perjalanan darat dari pantai timur ke barat dan sebaliknya dapat menikmati siaran dari sebuah stasiun kegemarannya tanpa ada perbedaan kualitas. Untuk dapat menerima siaran dari satelit ini memang membutuhkan ruang yang bebas bagi antena untuk bisa menangkap sinyal dari satelit geostasioner.
Sementara perusahaan WorldSpace, penyedia layanan multimedia dan penyebaran sinyal audio digital melalui satelit langsung yang bermarkas di Washington DC memberikan pelayanan global. Untuk melayani dunia perusahaan ini menyediakan tiga satelit, dua di antaranya sudah beroperasi, AfriStar (meluncur 1998) untuk kawasan Afrika dan Timur tengah, dan AsiaStar (Mei 2000) untuk kawasan Cina, dan negara dan kepulauan di kawasan ASEAN. Sedangkan satelit ketiga AmeriStar meluncur 2001 untuk kawasan Amerika Selatan dan Karibia.
Cara Kerja Radio Satelit
Radio satelit atau radio langganan adalah sebuah radio digital yang menerima sinyal yang disiarkan oleh satelit komunikasi, yang mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari sinyal radio biasa. Radio satelit berfungsi di tempat di mana ada garis pandang antara antena dengan satelit, dengan syarat tak ada rintangan besar, seperti terowongan atau gedung. Pendengar radio ini dapat mengikuti saluran tunggal tanpa melihat lokasi jangkauan.
Radio satelit adalah satu-satunya siaran radio yang menggunakan teknologi digital seutuhnya. Kelebihan-kelebihan sistem digital dengan berbagai teknologi pemrosesan dan perbaikan sinyalnya menyebabkan audio yang ditampilkan radio satelit akan setara dengan kualitas CD. Program-program radio satelit dapat diakses dari internet.
Prinsip radio satelit pada dasarnya sama dengan radio konvensional. Bedanya, pemancarnya di atas angkasa. Tentu untuk menghubungkan sinyal tidak menggunakan kabel. Paket siaran itu oleh masing-masing broadcaster ditembakkan ( uplink ) ke satelit dari sembarang tempat, asal masih masuk dalam daerah kekuasaan (cakupan pemancar) satelit. Sinyal digital yang terkodekan secara khusus itu dikirim melalui piringan satelit kecil (small satellite dish) pada frekuensi 7025 – 7075 MHz. Laju data dapat dipilih dari 16 KB/detik (monophonic AM broadcast) hingga 128 KB/detik (sebanding dengan CD stereo).
Di satelit, sinyal itu didekode oleh peralatan yang ada dan ditembakkan kembali ke Bumi pada frekuensi L-Band 1452 – 1492 MHz. Tergantung kontrak dengan stasiun radio satelit apakah sinyal itu ditransmisikan ke satu, dua, atau tiga pemancar sekaligus dalam sebuah satelit. Antena datar yang unik pada masing-masing pesawat penerima menerima sinyal itu. Antena ini dapat dilepas dan memiliki kabel yang cukup panjang untuk memperoleh posisi tangkap yang optimum. Posisi tersebut harus pas agar jelas. Pesawat penerima dapat dioperasikan dengan baterai atau listrik dengan memakai adaptor.
Di Bumi sendiri masing-masing satelit disokong oleh tiga peralatan utama: pusat pengoperasian regional; pusat telemetri, komando, dan ranging, serta pusat pemantauan sistem komunikasi. Masing-masing komponen berfungsi untuk memastikan bahwa sinyal digital yang terbaiklah yang diterima di dalam sistem.
Pada dasarnya, sinyal radio yang dipancarkan akan selalu mengalami redaman. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin lemah pula sinyalnya sehingga mengurangi kualitas audio yang diterima. Penggunaan satelit berdaya tinggi dengan pancaran langsung ke bumi akan menghasilkan sinyal radio yang layak diterima oleh pesawat penerima.
Untuk dapat menerima siaran dari satelit, antena penerima dan satelit harus berada dalam kondisi line of sight (lurus, langsung tanpa halangan). Kondisi ini tidak akan tercapai jika penerima terletak di suatu lembah atau kota penuh gedung-gedung bertingkat. Untuk mengatasinya dipasanglah stasiun pengulang (repeater) yang berfungsi sebagai perantara satelit dengan penerima. Cara ini akan mengurangi daerah-daerah blankspot.
Untuk memaksimalkan keunggulan pemrosesan sinyal digital, kabel fiber optic dipasang di seluruh bagian pusat siaran (broadcast centre). Dibanding kabel tembaga, fiber optic sangat tahan terhadap interferensi frekuensi radio (radio frequency interference/RFI) dan dengung (hum) yang ditimbulkan oleh perangkat-perangkat listrik.
Selain itu, dengan daya pancar satelit yang kuat akan diperoleh rasio signal to noise (S/N) lebih besar dari 40 dB. Rasio S/N sebesar itu cukup untuk menghasilkan sinyal berkualitas tinggi yang tetap bersih. Untuk menambah kebersihan sinyalnya, radio satelit mempunyai dynamic range yang lebar.
Sebagai perbandingan, dynamic range radio AM adalah 30 dB, radio FM 50 dB, sedang radio satelit 90 dB. Dengan dynamic range yang lebar, suara musik orkestra yang juga mempunyai dynamic range lebar tidak perlu lagi dikompres menjadi sempit, sebagaimana yang dilakukan di radio AM dan FM. Akibatnya, suara orkestra yang kita dengar akan sebening suara aslinya.
Keunggulan Radio Satelit
• Radio satelit dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung cuaca, waktu, dan tempat. Hal ini disebabkan karena satelit memiliki ketinggian orbit yang cukup tinggi, yaitu sekitar 20.000 Km diatas permukaan bumi dan jumlah satelit relatif cukup banyak. Ini menyebabkan satelit dapat digunakan oleh banyak orang dalam waktu yang sama dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas-batas politik dan alam.
• Pengoperasian alat penerima sinyal satelit untuk penentuan posisi suatu titik relatif mudah dan mengeluarkan banyak tenaga dan waktu.
• Radio satelit menyiarkan 50 channel musik dan 50 channel berita, sport dan hiburan tanpa diselingi iklan.
• Kita akan menerima sinyal yang bersih dimanapun kita berada walaupun di tengah hutan, laut pun.
• Kualitas penerimaan audio sejernih CD, kemampuan penerimaan pada sistem mulimedia juga mengesankan.
• Kemampuan menarik data (download) sebesar 128 KB/detik (Kbps), dua kali lipat kemampuan maksimal pada saluran telepon biasa.
• Bagi pelanggan radio satelit bisa mendapatkan atau mendengarkan musik dalam waktu 24 jam nonstop.
Kelemahan Radio Satelit
• Infrastrukturnya mahal.
• Bila mendengarkan radio via internet kualitas suaranya tidak dapat konstan, karena tergantung oleh saluran telepon yang digunakan.
• Pesawat penerima (receiver) generasi saat ini belum di disain untuk penerimaan bergerak. Jadi, fasilitas ini belum bisa dinikmati sambil berkendaraan.
• Kendala yang muncul dalam penerimaan bergerak adalah terhalangnya sinyal oleh gedung yang tinggi, tempat parkir bawah tanah, tebing, atau pepohonan. Untuk menjaga agar penerimaan tidak putus, dibeberapa tempat (terutama di daerah perkotaan) dipasang stasiun pengulang (repeater).
Sumber
http://hanoempoenya.blog.friendster.com/2007/05/teknologi-radio-satelit/
http://www.geocities.com/nitya_1805/indonesia.htm
http://sepersekiandetik.multiply.com/journal
http://wulansroom.blogspot.com/2007/05/radio-satelit-era-baru-industri-radio.html
http://novi-unyil.blog.friendster.com/2007/06/tugas-ptk-perkembangan-radio-satelit/
http://adjie74.blogspot.com/2009/02/cara-kerja-radio-satelit.html
Semua sumber internet diatas diakses pada tanggal 9 September 2009 pukul 22:36
Langganan:
Postingan (Atom)