Jumat, September 18, 2009

Ketergantungan Observasi Pada Teori

ABSTRAK
Pendapat kaum induktivis yang menyatakan bahwa observasi cermat dan tanpa prasangka dapat menghasilkan suatu dasar bagi ilmu pengetahuan dirasakan aneh dan tidak dapat dipertahankan. Hal ini dikarenakan pengalaman visual yang dimiliki oleh seorang pengamat ketika melihat suatu objek sebagian bergantung pada pengetahuan, pengalaman-pengalaman dan harapan-harapannya dan tidak semata-mata oleh apa yang ditangkap oleh retinanya. Selain itu, observasi membutuhkan dasar teori karena observasi dan eksperimen bertujuan untuk menguji suatu teori. Oleh karena observasi dibimbing oleh teori maka hanya data-data yang relevan dengan teori yang direkam dalam proses observasi. Pengembangan teori lebih maju diperlukan karena suatu teori yang digunakan bisa saja salah dan tidak relevan.


KATA KUNCI
induktivis
observasi
kritik
induksi
indera
retina
persepsi
subjektif
publik
interpretasi



RINGKASAN
Kita telah mengetahui bahwa menurut kaum induktivis naif, observasi cermat dan tanpa prasangka dapat menghasilkan suatu dasar yang kukuh dan dari situ dapat ditarik pengetahuan ilmiah yang probabel benar. Dalam bab ini penyangkalan lebih serius berupa kritik terhadap pandangan induktivis akan dikembangkan lebih lanjut. Kritik ini bukan terutama mengenai induksi yang menganggap pengetahuan ilmiah ditarik dari observasi, melainkan mengenai asumsi induktivis tentang status dan peranan observasi itu sendiri.
Ada dua asumsi penting di dalam pandangan induktivis naif tentang observasi. Yang pertama adalah bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Yang lainnya bahwa observasi menghasilkan landasan yang kukuh dan dari situ pengetahuan dapat ditarik. Dalam kesempatan ini, kedua asumsi itu akan dikritik dalam berbagai macam cara dan ditolak dengan berbagai macam alasan.

1. Pandangan populer tentang observasi
Karena indera penglihatan merupakan indera yang paling ekstensif dipergunakan dalam praktek ilmu dan untuk mengambil mudahnya, maka pembicaraan selanjutnya akan dibatasi mengenai observasi yang berhubungan dengan dunia penglihatan saja.
Dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera penglihatan merupakan titik kunci bagi kaum induktivis. Yang pertama, seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan melihat. Yang kedua, bahwa dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama.

2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina
Gambar-gambar yang terbentuk pada retina secara relatif tergantung pada kebudayaan si pengamat dan pengalaman persepsual yang dimiliki para pengamat dalam tindakan melihatnya tidak secara khusus ditentukan oleh gambar-gambar pada retinanya. Apa yang dilihat seorang pengamat, artinya, pengalaman visual yang dimiliki seorang pengamat ketika memandang suatu objek, tergantung sebagian pada pengalamannya di masa lalu, pengetahuannya dan harapan-harapannya. Perubahan dalam pengetahuan dan harapan mereka telah diikuti perubahan tentang apa yang mereka lihat, walaupun mereka masih tetap memandang objek fisik yang sama.
Sebagai contoh, adalah teka-teki bergambar anak-anak, dimana pengamat diminta menentukan wajah orang diantara daun-daun lukisan sebuah pohon. Apa yang terlihat, artinya kesan subjektif yang dialami oleh seorang, mula-mula adalah lukisan yang sesuai dengan sebuah pohon. Tetapi kesan ini segera berubah sewaktu wajah orang itu ditemukan. Apa yang tadinya nampak sebagai daun-daun dan ranting-ranting pohon, kini nampak sebagai wajah manusia. Sekali lagi, objek fisik tetap sama sebelum dan sesudah teka-teki dipecahkan, dan gambar yang diterima retina pun kiranya tidak berubah tatkala wajah orang ditemukan. Dan apabila lukisan itu dipandang pada waktu-waktu kemudian, maka wajah orang itu dengan mudah terlihat kembali. Contoh ini menunjukkan apa yang terlihat oleh seorang pengamat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalamannya.
Mungkin kita akan bertanya “apa hubungan contoh ini dengan ilmu?” Untuk menjawab ini tidaklah sulit. Contoh-contoh praktek ilmu mengilustrasikan hal yang sama, yaitu bahwa pa yang terlihat oleh para pengamat, yakni pengalaman-pengalaman subjektif yang mereka alami, tidak ditentukan semata-mata oleh gambar-gambar yang diterima retina mereka, melainkan tergantung juga pada pengalaman, pengetahuan, harapan-harapan dan keadaan umum batinnya.
Sepanjang menyangkut persepsi, satu-satunya kontak langsung dan segera yang dimiliki pengamat adalah pengalamannya. Pengalaman ini tidak satu jenis dan tidak tanpa berubah-ubah, melainkan berbeda-beda sesuai dengan harapan-harapan dan pengetahuan pengamat. Apa yang dilihat sejenis oleh situasi fisik ialah gambar-gambar pada retina pengamat, namun seorang pengamat tidak mempunyai kontak persepsual yang langsung dengan gambar-gambar itu.
Klaim yang diajukan disini tidak mengatakan bahwa sebab-sebab fisik dari gambar-gambar pada retina tidak ada hubungan apa-apa dengan apa yang kita lihat. Kita tidak dapat melihat hanya apa yang kita suka. Akan tetapi, sambil gambar-gambar pada retina itu menjadi sebagian yang menyebabkan kita melihat, sebagian sebab lain yang penting dibentuk oleh keadaan dalam (inner state) fikiran atau otak kita, yang jelas tergantung pada didikan kebudayaan kita, pengetahuan kita, harapan-harapan kita dan sebagainya dan tidak semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat fisik mata kita dan objek yang kita amati. Selain itu dalam variasi keadaan yang luas, apa yang kita lihat dalamberbagai macam situasi tetap cukup stabil, dan dalam semua contoh, terdapat satu segi dimana semua pengamat melihat hal yang sama.

3. Keterangan observasi membutuhkan teori
Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh di atas mana hukum-hukum dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan observasi publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual. Kita boleh berasumsi bahwa bermacam-macam pengalaman persepsual dapat secara langsung diperoleh seorang pengamat, tetapi keterangan observasi merupakan milik publik, diformulasikan dalam bahasa publik, melibatkan teori-teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan argumentasi yang bisa mengelabui. Karenanya keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoritis atau konsepsual yang mereka manfaatkan. Teori-teori yang diformulasi secara cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Dalam bahasa sehari-hari sering terjadi bahwa “keterangan observasi’ yang tidak dipersoalkan lagi ternyata diketahui salah ketika suatu harapan tidak terpenuhi, ini dikarenakan kesalahan teori yang dijadikan dasar keterangan observasi itu. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan-keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan observasi, selain itu keterangan observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah makanya ia bisa salah.

4. Observasi dan eksperimen dibimbing oleh teori
Menurut induktivis yang paling naif, dasar pengetahuan ilmiah dibangun lewat observasi-observasi yang dilakukan tanpa prasangka dan tidak memihak.
Apabila diinterpretasikan secara harfiah, posisi ini aneh dan tidak dapat dipertahankan. Diibaratkan kita hendak memberikan sumbangan pengetahuan kepada psikologi atau anatomi manusia dan katakanlah kita mengetahui bahwa sedikit sekali penelitian dilakukan mengenai beratnya daun telinga. Apabila, atas dasar ini, saya lebih dulu melakukan observasi yang sangat cermat terhadap beratnya daun telinga manusia dengan variasi yang sangat luas, merekam dan mengadakan kategorisasi observasi-observasi yang sangat banyak itu, kita kira jelas bahwa kita tidak akan dapat dengan cara demikian memberikan suatu sumbangan yang berarti kepada ilmu. Kita malah membuang-buang waktu dan tenaga dengan sia-sia, kecuali jika sebelumnya ada teori yang mengatakan tentang pentingnyaberat daun telinga atau ada suatu teori yang menghubungkan ukuran daun telinga dengan terjadinya kanker.
Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud untuk menguji atau mengungkap suatu teori, dan hanya observasi yang relevan dengan tugas penelitian itu harus direkam. Namun selama teori-teori yang membangun pengetahuan ilmiah bisa salah dan tidak lengkap maka bimbingan yang diberikan oleh teori - agar observasi menjadi relevan dengan fenomena yang diselidiki – mungkin bisa menyesatkan dan mengakibatkan pengabaian beberapa faktor yang penting. Teori-teori tidak lengkap dan mungkin bisa salah yang membangaun pengetahuan ilmiah dapat memberikan bimbingan salah pula kepada pengamat. Tetapi problema ini hendaknya ditangani dengan mengembangkan teori-teori kita lebih maju dan bukan dengan merekam suatu daftar panjang yang tiada habisnya mengenai observasi-observasi tanpa tujuan.

5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif

Ketergantungan observasi pada teori yang dibahas pada kesempatan ini sudah tentu menggerogoti klaim induktivis bahwa ilmu bertolak dari observasi. Akan tetapi hanya induktivis paling naif yang akan memegang teguh posisi itu. Tidak seorang pun kaum induktivis modern dan yang lebih cerdik ingin mempertahankan pandangan harfiah demikian itu. Mereka dapat melepaskannya dengan mengemukakan klaim bahwa ilmu harus bertolak dari observasi tanpa memihak dan tanpa prasangka, dengan membedakan antara cara teori mula-mula dipikirkan atau ditemukan di satu pihak, dan cara teori itu dibenarkan atau diakui faedahnya di pihak lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar